Thursday, November 11, 2010

Pengalaman mengantar bantuan ke pos pengungsian di Magelang

Jumat, 5 November 2010
Malam Jumat Merapi telah mengamuk untuk kesekian kalinya. Akibatnya sangat parah dan fatal untuk para penghuni di dekat Merapi. Pagi-pagi pun sudah banyak abu yang berterbangan di udara. Hujan abu telah mengguyur kota Jogja. Tiap menit terdengar suara mobil ambulan dan semua warga Jogja memakai masker bila bepergian.
Pagi itu saya sudah disuruh kumpul oleh teman-teman dari MPA Mahameru untuk penanggulangan bencana tersebut. Sebelumnya, teman-teman dari MPA Mahameru telah mengumpulkan dana untuk korban Merapi. Setelah selesai berdikusi, akhirnya kami memutuskan untuk menyiapkan peralatan dan memberi barang-barang yang diperlukan para korban. Ada pula yang masih masuk kuliah.
Setelah salat Jumat, kami berkumpul lagi untuk koordinasi distribusi barang-barang bantuan. Semua bantuan akan diserahkan ke posko pengungsian di Magelang, saya kurang tahu tepat tempatnya. Delapan orang ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Magelang dan yang lainnya menjadi relawan di GOR UNY. Kebetualan saya bersama tujuh teman saya berangkat ke Magelang sekitar pukul 4.00. Hujan deras pun tak mnyurutkan semangat kami untuk tetap pergi ke Magelang.
Sesampai di perbatasan Yogya-Magelang, sungguh memprihatinkan. Abu di jalan sudah semakin tebal, keras, dan licin sehinngga bisa membahayakan pengendara sepeda motor bahkan teman saya sempat terjatuh di tengah jalan. Pohon-pohon besar dan kecil semuanya tumbang dan mati. Sawah dan perkebunan sudah tak mungkin lagi bisa untuk diolah. Hewan ternak banyak yang mati dan kandangnya pun roboh. Kota magelang yang tadinya ramai dan terang oleh lampu-lampu sekarang menjadi kota mati yang gelap dan tak berpenghuni.
Tepat jam 6.30 kami tiba di pos pengungsian. Sungguh perjuangan yang sangat luar biasa dan menguras tenaga. Waktu tempuh normal Jogja-Magelang hanya butuh sekitar satu jam tetapi kami malah 2,5 jam.
Setelah menyerahkan bantuan, kami keliling pos pengungsian. Melihat keadaan saat perjalanan yang luluh lantah saja kami sudah sangat pilu dan sangat sangat sedih apalagi kami melihat langsung para korban yang sangat menderita.
Tetapi kami salut kepada mereka, mereka masih sempat tertawa, masih sempat salat, dzikir, dan tentunya tidak mengeluh. Lalu kami ajak mereka bercerita dan bercanda untuk menghilangkan sedikit kesedihan mereka.
Sungguh pelajaran yang sangat berharga untuk kami. Merapi telah memporak-porandakan tempat mereka tetapi mereka masih sempat ingat akan Tuhannya, tidak mengeluh, dan masih punya semangat untuk meneruskan hidup kembali.
Kita berdoa saja semoga para korban bencana baik di Merapi, Mentawai, Wasior, atau dimanapun tetap diberi ketabahan, kekuatan, semangat hidup, dan tentunya makin dekat dengan Tuhannya.
amin
tengs

No comments:

Post a Comment